kesempurnaan ilmu dalam kacamata islam

Berbicara dengan Islam, ia merupakan agama yang sangat memprioritaskan posisi ilmu. Dan dalam perihal ini, Islam mempunyai peranan yang penting dalam menopang kamaslahatan umat di sektor pendidikan. Adapun eksistensi ilmu dalam sudut pandang Islam bisa dilihat dari berbagai faktor:

      Status keilmuan.
            Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan bagaimana letaknya posisi sebuah ilmu. Adapun hal tersebut bisa dilihat dari wahyu pertama yang diturunkan yaitu surah Al alaq 1-5.
Iqra: Bacalah. Iqra bismirabikallazi khalaq: Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan mu.  Untuk pertama kali wahyu diturunkan, Allah tidak menyuruh kita Shalat, puasa hingga berzakat. Namun untuk pertama kali, perintah yang kita dapatkanlah adalah membaca, karena dengan membaca kita bisa tahu prosedur yang betul dalam melakukan sesuatu, semisal shalat. Bisa membedakan yang baik dan yang salah misal dalam ilmu fiqih, hingga menambah pengetahuan dan selayaknya membaca kisah para nabi hingga para sahabat berimbas dengan adanya “ibrah”.  Dari sini bisa kita simpulkan membaca akan membuat kita mengetahui sesuatu yang baru sehingga menghasilkan sesuatu.
Mungkin terlintas kenapa harus perintah membaca karena jikalau melihat kondisi rasullulah ialah seorang yang "ummi" maknanya iala tidak pandai membaca dan menulis. Dan untuk kesekian kali juga mempunyai hikmah tersendiri. Hal ini untuk membuktikan jikalau Al quran itu murni dari Allah, sehingga tidak mungkin untuk seorang yang tidak bisa membaca dan menulis menciptakan Al quran dengan segala ilmu pengetahuan didalamnya. Ilmu sendiri dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai mengetahui. Allah sendiri mempunyai nama yang indah yaitu Ilmu yang artinya maha mengetahui. Oleh karena itu sepatutnya anggapan tentang hobi membaca sudah bisa dihilangkan karena sesungguhnya membaca adalah kewajiban.

       Status para penuntut ilmu setara dengan fisabilillah.

Dalam sebuat hadis dikatakan : Apabila kematian menghampiri seorang yang sedang menuntut ilmu maka ia meninggal dalam keadaan syahid.
Hari ini, umumnya kita hanya mengetahui syahid digelar kepada mereka yang meninggal dalam keadaan perang. Tapi tahukah kita? faktanya ada banyak hal yang bisa menjadikan orang syahid, yaitu menjadi tujuh :
·         Meninggal dalam keadaan sakit kepala apapun jenis penyakitnya.
·         Meninggal dalam keadaan sakit perut apapun itu.
·         Hingga meninggal dalam keadaan menuntut ilmu.
·         Meninggal pada kondisi sedang melahirkan
·         Meninggal dalam keadaan penyakit kulit.
·         Meninggal dalam keadaan tenggelam.  
·         Meninggal dalam keaadaaan perang. 

Allah mengangkat tinggi derajat orang yang menuntut ilmu.

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
Ayat di atas cukup tegas dalam menggambarkan betapa mulia orang yang berilmu. Bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan bahawa para malaikat merentangkan sayapnya sebagai tanda keridhaan kepada para penuntut ilmu. Selain itu, orang yang berilmu akan mendapat penghormatan yang lebih dalam status sosial. Selayaknya ulama, Ulama sendiri berarti orang yang berilmu yang mana asal kata dari ‘alima yaitu mengetahui.

 Menuntut ilmu menjadi tuntunan tanpa batasan usia
Belajar diusia muda bagai mengukir diatas batu, belajar diusia tua bagai melukis diatas air. Sepertinya kutipan ini tidak akan berfungsi jika kita melihat dalam kacamata islam. Dalam islam tidak ada batasan dalam menuntut ilmu, kita akan dengan mudah menemukan anak anak yang belajar di TPA hingga ibu-ibu yang berada dalam majlisnya.
 Semua berada porsi yang cukup memadai, maknanya memang islam mengatur kebagian inti. Di kondisi lain contoh kongrit yang paling mudah dijumpai ialah, keberhasilan orang tua yang mengkhatamkan hafalan diusia senja, hal ini membuktikan jikalau belajar dalam islam diberikan kemudahaan tanpa batasan usia, Allah menurunkan Al quran sebagai mukjizat dan salah satu nya ialah bisa dihafal tanpa mengenal batasan usia. Saat ini kita dengan mudah menemukan hafiz diusia yang masih sangat belia yaitu selayaknya  Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i yang dikenal sebagai keajaiban abad 21 karena kecerdasannya. Namun kita tidak boleh lupa dengan Djauharah Bawazir seorang mualaf yang khatam hafalan Al quran 40 hari dengan usia yang sudah cukup senja yaitu 70 tahun.

 Menuntut ilmu sebagai kewajiban muslim
“Menuntut ilmu itu Wajib bagi setiap  muslim dan muslimah.”
Dalam hadis ini tidak ada kalimat yang mendeskriminasikan sekelompok orang,  maknanya entah ia seorang lelaki atau wanita maka ia mempunyai kewajiban yang sama dalam menuntut ilmu. Hari ini, jika kita menjumpai mereka yang berteriak islam mendiskriminasi wanita . Maka sampaikanlah! Islam sudah memperjuangkan hak wanita  itu 1400 tahun yang lalu, yang mana kala itu untuk dilahirkan saja mereka dianggap aib bahkan berakhir  dikubur hidup-hidup. Islam yang memuliakan mereka dengan diberi hak yang sama untuk berpikir.
Islam memposisikan kesetaraan dalam hal ini, namun ada sekelompok orang yang kadang kurang bisa menangkap baik pemahaman tersebut. Selayaknya mereka menganggap pada akhirnya wanita akan menjadi makhluk domestik artinya kalau tidak di dapur berarti di sumur jadi tidak perlu menuntut ilmu tinggi-tinggi dan mengatakan hakikatnya wanita baik dirumah. atau alasan lain takut menyaingi laki laki. Padahal menuntut ilmu sendiri tidak ada batasan. Memang faktanya wanita di rumah cukup baik, tapi menuntut ilmu juga baik bahkan wajib selama ia mengikuti prosedur yang benar. Kondisi ini seharusnya bisa dipahami oleh setiap orang karena sejujurnya wanita berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki- laki tapi untuk membangun generasi.
        #islampedia #ilmu

2 comments: