Tantangan Dakwah di Era Modern

June 21, 2017 2



      Problematika dakwah di Aceh
 

         
Bismillah.Welcome back on my blog. Baiklah hari ini saya akan mengepost tentang tantangan dakwah Era modern, semuanya berawal dari tugas tambahan yang berakhir  layaknya sebuah makalah. tapi saya cukup menikmati membuat tugas ini, karena dengan membuat ini saya jadi tahu secara keseluruhan letak minus, plus dakwah era sekarang. karena tugasnya tantangan dakwah di Aceh, akhirnya saya sesuaikan bahasanya, tapi  faktanya ini adalah tantangan disetiap sudut daerah maknanya problematikan ini juga mewakili setiap sudut penjuru tempat diluar sana. Ok sekian basa basi nya. lansung ke pembahasannya :) .


                  Aceh merupakan salah satu daerah yang menerapkan syariat Islam , Hal ini tidak diherankan karena mulanya Aceh dikenal dengan Istilah seuramo mekkah disebabkan penerapan syariatnya yang mengikuti system dimekkah, bahkan konon katanya banyak ulama yang menuntun ilmu di Aceh dan menjadikan mesjid Raya Baiturrahman  sebagai salah satu tempat pembelajaran.

Tantangan Dakwah
 Di Zaman yang  semakin maju, perkembangan yang silih berganti berjalan juga membuat dan menimbulkan banyak polemik baru, contohnya  dalam dunia dakwah. Syariat Islam diaceh pun semakin lama menghadapi semakin banyak tantangannya. Para Dai pun dibuat kewalahan dengan berbagai tantangan baru yang muncul, terkandang harus mencari metode baru untuk menyesuaikan dan mudah diterima oleh khalayak ramai. Apalagi, di era 2017 kita masyarakat aceh telah mulai mencicipi yang namanya MEA (masyarakat Ekonomi ASEAN), sehingga batasan kita dengan dunia luar semakin kecil. Faktor Globalisasi atau proses mendunia yang mana ciri khasnya banyaknya persamaan gaya hidup atau budaya barat yang meresap kepada anak aceh zaman sekarang, secara khusus problem dalam dakwah di aceh ialah terbagi sebagai berikut.

1.
      Faktror pembaharuan era/ globalisassi
Seperti yang telah tertera diatas,  Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang begitu pesat saat ini telah melahirkan apa yang disebut dengan era globalisasi, yaitu sebuah era yang menjadikan bumi ini ibarat sebuah desa kecil dimana semua penduduk saling mengetahui apa yang terjadi di desanya hal lain juga terlihat pada budaya yang mulai menyamai. Saat ini semua ummat manusia pada satu belahan bumi mengetahui secara persis apa yang terjadi pada belahan bumi yang lainnya,. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi ini selain membawa dampak positif bagi ummat manusia berupa kemudahan dalam melaksanakan semua urusan, ternyata juga menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan ummat manusia seperti tentu menjadi tantangan tersediri bagi pelaksanaan dakwah islamiyah khususnya diaceh, adanya persamaan budaya melahirkan cerminan buruk kepada ramaja Aceh zaman sekarang, bisa kita lihat dari cara berpakaian Fashion yang mencoba menyamai dunia barat, atau mulai melekat terhadap remaja aceh, efek kota metropolitan mulai disungguihi kepada rakyat aceh dan hal ini sangat susah diubah karena adanya pemahaman bahwa budaya luar yang terhidang lebih menarik ketimbang budaya sendiri, sekalipun dalam penampilan tersebut jelas menyimpang, hal inilah yang susah untuk diubah oleh setiap orang tanpa kesadaran dari diri sendiri,karena sekalipun seorang santri jikalau mereka tidak ada kesadaran dari diri sendiri, maka setelah mondok pun tetap bisa terpengaruh, selain kurang nya kesadaran diri remaja aceh lebih mudah terpengaruh dengan tren zaman. sehingga sulit untuk para dai menyampaikannya, hal ini menjadi polemik baru, dan perlunya strategi baru untuk mengarahkan lagi rakyat Aceh.

2.
      Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri)
Kelumpuhan ummat Islam saat ini salah satunya adalah disebabkan derasnya intervensi dari luar terhadap keberadaan ummat Islam.Serangan paling deras adalah dilakukan oleh oknum-oknum atau golongan yang tidak menyukai tumbuh dan berkembangnya ummat Islam sebagai salah satu kekuatan dunia. Dipihak lain hal ini latar belakang pengalaman dalam kekalahan umat islam secara milter, seperti hal nya Perang Afghanistan,Iraq,suriah hal ini membuat mereka untuk mencari cara lain.
Mulanya  Intervensi itu dilakukan dalam bentuk serangan pemikiran dengan mencopot akar aqidah dari dalam individu dan masyarakat Muslim. Akibatnya ummat Islam lumpuh, dekandensi moral terjadi, dan ummat Islampun tidak lagi menyadari kehebatan dan kedahsyatan ajaran agamanya hal inilah yang menjadikan Ghazwul fikri sebagai suatu tantangan baru karena  lebih mudah dilakukan tanpa bermodalkan biaya yang banyak layaknya sebuah perang yang normalnya. Di Aceh sendiri hal ini bukanlah suatu yang baru permasalahan ini telah ada dari dulu dan semakin lama semakin parah, virus pemikiran yang sesat ini telah dimunculkan dalam polesan dan slogan yang menawan, Seperti banyaknya respon kontra yang menganggap hukum cambuk di Aceh berlawanan dengan HAM, perihal ini sengaja dipoles sedemikian rupa oleh kubu lawan dengan maksut mempengaruhi banyak orang baik dari aceh maupun dari luar Aceh untuk melihat Aceh adalah sebuah daerah yang kejam terkenal tidak memanusiakan orang dan sebagainya, bahkan seperti kejadian hukum cambuk di Aceh terhadap Homo yang mana beberapa aktifis homo sendiri mencoba memperluasberita dengan kalimat hiperbola sehingga berhasil menarik perhatian Indonesia bahkan luar negeri tentang system syariat di Aceh yang diniliai melanggar HAM dan berbagai hujatan lainya. Padahal tujuan utama dari penerapan hukum cambuk sendiri ialah melindungi korban, dan memberikan efek jera terhadap pelaku dan calon pelaku kedepan. Sebaliknya mereka yang berteriak anti HAM kepada Aceh tidak menyadari kebenaran nya bahwa membiarkan perihal seperti itu malah melanggar HAM, seperti kondisi yang terjadi pada Dokter,  mereka yang tersumpah untuk mengobati setiap orang tanpa terkecuali menjadi beresiko mati dalam proses berurusan dengan pengindap HIV yang mana setiap luka dari mereka adalah salah satu cara tercepat penularan HIV, pada kondisi ini dokter juga selayaknya berteriak HAM jikalau mereka mau, karena setiap HIV yang coba mereka tolong beresiko juga membunuh mereka sendiri, selayaknya Pelaku zina dihilangkan agar tidak ada istilah HIV, belum lagi berbicara dengan kondisi anak yang terinfeksi HIV sebelum lahir, bukankah itu juga melanggar HAM karena mereka tidak ada kesalahan tapi langsung tervonis menjadi korban?
Hal ini adalah alah satu contoh kasus yang sering kita jumpai diAceh kala dalam konteks perang pemikiran dibagian Hukum.belum lagi berbicara dengan konteks pemerintahan atau politik yang begitu banyak seperti kasus di Aceh yang berakhir dengan lahirnya islam kontemporer.

4.      munculnya islam kontemporer
                  Kegiatan dakwah yang kian hari kian mendapat tantangan yang sangat kompleks, mesti ditunaikan dengan beragam kekuatan dan potensi. Paling tidak tantangan yang menghadang lajunya perkembangan dakwah islamiyah menurut karakteristiknya ada dua bagian besar, yaitu klasik dan kontemporer.
                  Klasik berupa praktek ritual yang bercampur dengan animism, dinamisme, singkritisme, dan pengakuan sebagai Nabi palsu. Sedangkan yang kontemporer berbentuk paham-paham keagamaan yang bercorak sekularisme, pluralism, liberalism, dan feminism. Saat ini di Aceh khusunya praktek ritual masih terjadi sekalipun sekekdar diselipkan kepada satu kondisi.
            Ada juga gerakan-gerakan yang sengaja dimunculkan untuk memecah belah persatuan umat Islam, semisal gerakan Syi’ah dan lain-lain. hal ini menjadi problematika dakwah yang cukup serius untuk dihadapi dan diselesaikan oleh para juru dakwah dan juga organisasi-organisasi keagamaan.
Dari sekian banyak tantangan dakwah, yang akan diuraikan ada beberapa tantangan serius yang kira perlu untuk diketahui yaitu:
            Sekularisme
            Dari bahasa Latin saeculum yang  berarti “zaman sekarang ini”. Secara terminology sekularisme mengacu kepada doktrin atau praktik yang menafikan peran agama dalam fungsi-fungsi Negara secara sederhana bisa dikatakan, sekularisme adalah paham pemisahan agama dari kehidupan sehari hari hingga bernegara
Paham sekuler ini tidak sekedar muncul secara alamiah sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan dilakukan juga secara aktif oleh sejumlah kalangan. Sekularisasi otomatis akan berdampak pada pendangkalan aqidah.
Contoh Di Aceh bisa kita lihat ketika malam perayaan tahun baru, banyaknya kaum muda mudi yang merayakannya, mereka tetap merayakanya sekalipun banyaknya himbauan dan seruan dari pemerintah hingga segelongan aktifis atau komunitas tentang makna dan hakikat asli dari tahun baru itu hingga berupa postingan dan slogan yang mengatakan asal usul perayaan tahun baru adalah upacara keagamaan romawi kuno untuk mengenang salah satu dewa, yaitu janu yang mana dewa yang mempunyai dua wajah satu melihat kedepan dan satu lagi melihat kebelakang dengan makna dari masa lalu menuju masa depan. Tapi kondisi sekarang banyak nya paham sekuler dari mereka, yang mengatakan bahwa perayaan tersebut tidak ada kaitan dengan kondisi dulu, melainnkanya hanya sekedar hiburan semata, tapi mereka lupa atau sadar tak sadar bahwa yang mereka lakukan adalah salah selain persoalan perayaan agamal lain, dipihak lain perayaan tersebut hanya merugi karena membakar uang, dan banyaknya perbuatan zina yang terjadi di kala itu. Sekalipun jikalau itu tidak menyentuh perihal agama tetap juga suatu larangan, namun karena mata hati yang telah tertutup membuat mereka melihat kebenaran dalam kesalahan.

Liberalisme
           
liberalism berasal dari bahasa Latin, liber, yang artinya ‘bebas’atau ‘merdeka’Sebagai adjektif, kata ‘liberal’ dipakai untuk menunjuk sikap, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka (independent), berpikiran luas (open-minded)
            Kasus yang paling heboh perihal sekarang adalah kasus seorang gadis berumur 18 tahun yang berkata bahwa agama adalah warisan, perkataanya gadis  melahirkan pro kontra beberapa yang pro malah memberikan aprsesisi terhadap nya dan mengangkat namanya layaknya tokoh aktifis yang menyerukan perdamaian, kendati akhirnya disadari ternyata beberapa tulisannya adalah plagiat. Namun lucunya sekalipun sang gadis tersebut telah melakukan kejahatan literature. Tapi tetap saja banyak pengikut fanatic yang mengatakan tidak masalah jikalau yang dikopas bertujuan menyampaikan kebenaran, bagi pengikut fanatic tidak mempermasalahkan cara yang salah selama niat nya benar. Begitulah cuitan para pengikutnya.hal ini juga secara tak langsung juga terjadi kepada netizen yang berasal dari Aceh. Banyak rakyat Aeh yang mendukung kejahatan literature Alfi yang beranggapan menyampaikan pesan perdamaian, Hal ini dikarenakan karena kurangnya pemahama.

Pluralisme
            Ketika disandingkan dengan agama, maka pengertian ‘pluralisme agama’ adalah koeksistensi (kondisi hidup bersama) antar-agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas, dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing. pada tataran implikasinya, pluralism agama didasarkan pada asumsi bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Jadi, menurut penganut paham ini, semua agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama. Dengan kata lain, menurut mereka, agama adalah persepsi relative terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga dengan demikian setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya sendiri yang benar. 
          Sebagai contoh di Aceh yang pernah heboh ialah kasus dosen yang membawa mahasswa untuk belajar digereja untuk leboh tepatnya bisa di searching. Kita boleh beriteraksi tapi ada batasannya dan  saya ambil contoh perdagangan sah sah saja, tapi tidak yang menyentuh persolan agama.

5. Gerakan permutadan
Gerakan pemurtadan terhadap kaum muslimin cukup hebat, diprogramkan sedemikian rupa, dengan dukungan dana yang cukup besar. Intinya ummat Islam Indonesia bukan hanya berhadapan dengan kaum Kristen domestic tetapi juga berhadapan dengan kaum Kristen internasional yang secara sistematis dan  melakukan pekabaran injil di sini. di Aceh kasus ini telah lama dijumpai, mulanya ketika kondisi Tsunami di Aceh tahun 2004, banyak diutus misionaris yang berkedok relawan, dimana kondisi ribuan relawan ada beberapa oknum yang secara khusus dikirim dengan misi tertentu yaitu menyebarkan agama mereka, hingga permutadan terhadap anak anak dibawah umur yang masih tidak memahami dan menyadarinya. Kasus ini termasuk tantangan yang sulit untuk dibatasi karena kala itu banyaknya relawan sejati yang menolong, sehingga kepada Rakyat Aceh pun harus melakukan pantauan lagi sebelum bisa mengklaim bahwa memang benar ia seorang misionaris, bahkan ada kasus kala itu yang mana puluhan ada di larikan keluar negeri dengan maksut mencari keluarga angkat yang mana secara tak paham anak tersebut kemungkinan besar akan dimurtadkan.  Tak berhenti disitu saat kini pun banyak kasus seperti itu terjadi, misalnya  tahun 2011dikala sedang hebohnya misionaris. banyak Siswa yang kedapatan telah murtad dan  bahkan melarikan diri keluar daerah.
bahkan seperti sebuah kejadian yang terjadi di padang tiji sendiri dimana kondisi nya seorang anak ustad yang berhasil di murtadkan dan kini melarikan diri ke medan dan menjadi seorang pendeta. Pada saat seperti ini peran Dai sangat ekstra diperlukan, karena bahkan anak seorang ustad pun yang ruang lingkup dan lingkungan lebih terjaga masih beresiko menjadi target misionaris.

6.
    Aliran-Aliran
Selain tantangan pemikiran, gerakan-gerakan penghambat dakwah dan perusak aqidah umat pun bisa berbentuk aliran-aliran (sekte-sekte) yang sengaja dibuat agar umat menjadi kacau pemikiran dan aqidahnya. Contohnya aliran sesat yang ada di Aceh adalah

            Problem dakwah di Aceh saat ini sangatlah banyak bahkan tidak terhenti dan point yang telah disebutkan, ada juga perbendaan mazhab yang mana kondisi keributan persoalan fiqih misalnya seperti shalat taraweh 20 dengan 8. Dan Jikalau ditelulusuri lagi maka akan semakin bermucunculan persoalan dakwah terutama dakwah di Aceh tahun 2017. Hal ini diharapkan  doronganuntuk kita beserta para dai bisa mengunakan dan memperbaruhi metode dalam berdakwah untuk menyesuaikan dengan tantanan zamanmisalnya metode serta pemberian materi pada masyarakat melalui tekonolgi sosial media. hal itu bisa kita manfaatkan secara maksimal.
Pada hakekatnya metode dan sarana untuk berdakwah sangat banyak dan luas atau bahkan mungkin tidak akan ada batasnya. Sebab semua yang bisa dikerjakan oleh manusia dan apa yang ada di muka bumi ini selagi tidak berbenturan dengan doktrin Islam, maka hal itu boleh dijadikan sebagai metode dan sarana untuk berdakwah.
Ketentuan di atas apabila dakwah itu sendiri tidak diartikan dengan makna yang sempit, seperti yang telah diyakini oleh sebagian kalangan komunitas muslim. Dengan menggembar-gemborkan dakwah harus secara formalitas, seperti berpakaian gamis, kopiyah menempel di atas kepala, dengan jenggot menghelai panjang, tasbih menggayut ditangan kanan dan keliling berjalan kaki door to door.
            Diantara metode tersebut seperti ngobrol-ngobrol di kafe, diskusi lintas agama, kunsultasi via alat komunikasi, mengadakan arisan bersama, rihlah ilmiyah dan lain sebagainya adalah termasuk metode berdakwah jika di dalamnya terdapatnya unsur ajakan kepada yang hak dan memperingatkan akan yang bathil. Begitu juga dunia kesenian, kebudayaan, pariwisata, entertainemen dengan segala pernak-perniknya, termasuk sarana untuk berdakwah, menurut pemahaman dakwah dalam makna yang luas sebagaimana dalam arti terminologi di atas.
Langkah pasti yang mesti kita lakukan adalah dengan memperhatikan materi dakwah yang akan kita sampaikan kepada para mad’u. diusahakan materi yang kita sampaikan itu tidak monoton atau bersifat monoton atau klise sehingga pada akhirnya menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat atau mad’u itu sendiri. Seorang da’I mesti sedikitnya mengusasi hal-hal yang berkaitan dengan Iptek agar masyarakat mengetahui sedikitnya permasalahn-permasalahan secara global serta akan mengetahui keadaan dunia luar 
 Tidak hanya sampai disana.Seorang da’i  pun dalam melakukan pendekatan dan metode dakwahnya mesti mampu menguasai kondisi atau situasi para mad’u serta pendekatan atau metode yang digunakan dapat mencapai sasaran.